Ada suatu kejadian dimasa kanak-kanak:
Pada suatu waktu anak-anak sedang duduk-duduk didatangi oleh seseorang yang tidak terlalu muda dan belum terlalu tua dan kita sebut saja bapak. Kemudian bapak tersebut memanggil anak-anak untuk datang sambil mengeluarkan setumpuk kartu remi. Setelah anak-anak berkumpul, bapak tersebut berkata bisakah melihat apa yang bapak lakukan, dan anak-anak berkata bisa pak.
Kemudian bapak tersebut mengocok kartu remi, mengambil dan membuka satu lembar kartu dan diletakkan disebelah kiri dan yang lainnya dipegang ditangannya.
Jika satu lembar kartu tersebut menunjukkan angka 3, maka ia menambahkan dengan kartu yang dipegangnya satu per satu sampai menjadi 10 (angka 3 yang muncul dari satu lembar kartu + 7 kartu yang diturunkan dari kartu yang masih dipegang) dan meletakkannya disebelah kanan.
Ini dilakukan seperti di atas berulang sampai 3 buah kartu. Sehingga ada 3 lembar kartu yang terbuka disebelah kiri, ada setumpuk kartu disebelah kanan dan masih ada tersisa setumpuk kartu ditangan bapak tersebut.
Kenudian bapak itu berkata, nah kalian (anak-anak), jika kalian melakukan ini ditempat tersembunyi yang bapak tidak melihatnya, maka bapak akan dapat mengetahui jumlah 3 lembar kartu yang terbuka tersebut. Tapi kalian harus membawa sisa kartu yang kalian pegang kepada bapak, sebab kartu ini akan bapak gosokkan dengan batu cincin yang bapak pakai dan batu cincin itu akan mengatakan kepada bapak jumlah dari 3 lembar kartu yang terbuka tersebut.
Pada saat itu anak-anak tertawa, karena tidak percaya. Tapi kemudian anak-anak tersebut menjadi bimbang antara percaya dan tidak percaya karena bapak tersebut selalu dapat menebak dengan benar. Makin lama anak-anak tersebut menjadi sebahagian percaya dan malah setiap kali bapak tersebut menggosokkan sisa kartu tadi dengan batu cincinnya dan kemudian mengatakan jumlah angkanya, anak-anak yang percaya menempelkan telinganya kepada batu cincin si bapak dan mengiyakan bahwa batu tersebut sudah mengatakan jumlah angkanya. Sebahagian anak-anak mengatakan, bapak tersebut orang sakti.
Dan ini sudah dilakukan beberapa hari oleh bapak tersebut, jika bapak tersebut mampir dan melihat anak-anak. Tapi ada seorang anak, sebut saja namanya hikmat, dia tetap mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh bapak tersebut, bahwa batu cincinnya bisa berbicara adalah tahayul. Karena jika telinganya didekatkan dengan batu cincin si bapak, dia tidak mendengar suara apapun.
Lalu bagaimana si hikmat tersebut dapat mengatakan bahwa itu adalah tahayul, sedangkan teman-temannya mengatakan itu bukan tahayul dan mempercayainya.
Pada suatu hari dia membeli kartu remi, kemudian dia masuk kedalam kamarnya dan sendiri dia berada dalam kamar tersebut. Kemudian dia mencoba permainan yang diajarkan oleh bapak tersebut.
Dia mengocok kartu, mengambil dan membuka satu lembar kartu pertama dan meletakkan disebelah kiri dan angka yang muncul adalah 2, kemudian dia menurunkan 8 lembar kartu dari kartu yang dipegangnya dan meletakkannya disebelah kanan.
Dia mengambil dan membuka satu lembar kartu kedua dan meletakkan disebelah kiri dan angka yang muncul adalah 5, kemudian dia menurunkan 5 lembar kartu dari kartu yang dipegangnya dan meletakkannya disebelah kanan.
Dia mengambil dan membuka kartu terakhir yaitu satu lembar kartu ketiga dan meletakkan disebelah kiri dan angkanya adalah 7, kemudian dia menurunkan 3 lembar kartu dari kartu yang masih dipegangnya dan meletakkannya disebelah kanan.
Kemudian sisa kartu yang biasanya diberikan kepada bapak itu untuk digosokkan dengan batu cincinnya sehingga batu cincin itu dapat berbicara, dia hitung jumlahnya adalah 37. Kemudian dia catat dalam kertas: jumlah angka 14, sisa kartu 37.
Dia kumpulkan kembali kartunya dan dikocok lagi, kemudian dihitung lagi, kemudian mencatat hasilnya dan ini dia lakukan sampai lima kali.
Kemudian dia membaca hasilnya.
1. Jumlah angka 14, sisa kartu 37
2. Jumlah angka 12, sisa kartu 35
3. Jumlah angka 6, sisa kartu 29
4. Jumlah angka 3, sisa kartu 26
5. Jumlah angka 10, sisa kartu 33
Kemudian dia mencoba mencari selisihnya.
1. selisih 23
2. selisih 23
3. selisih 23
4. selisih 23
5. selisih 23
Dia penasaran dan mencobanya lagi, dan hasilnya sama yaitu selalu selisih 23.
Akhirnya dia berkesimpulan, bapak tersebut dapat menebak dengan tepat bukan dari batu cincinnya yang bisa bicara, tapi dari sisa kartu yang dipegang bapak tersebut dan dikurangi 23 akan menghasilkan jumlah angka dari 3 lembar kartu tersebut.
Total seluruh kartu adalah 56. Keesokan harinya dia menceritakan apa yang telah dia lakukan kepada teman-temannya, dan teman-temannya menjadi berbalik dan mengatakan bahwa bapak itu tahayul.
Disini dapat kita lihat bahwa si hikmat telah menggunakan
1. Iman (tidak percaya, batu bisa bicara),
2. Indera (dia tidak mendengar sepatah katapun dari batu tersebut) dan
3. Akalnya (selisih angka 23, sehingga kartu tersebut selalu dapat ditebak)
untuk dapat membuktikan bahwa apa yang dikatakan seorang bapak tersebut adalah tahayul.
Ternyata permainan ini dapat dilakukan dengan selisih yang berbeda, jika total seluruh kartu minimal 27 lembar kartu.
Pergunakanlah selalu, Indera, Akal dan Iman kita untuk dapat mengungkapkan kejadian-kejadian yang sering terjadi akhir-akhir ini.
Pada suatu waktu anak-anak sedang duduk-duduk didatangi oleh seseorang yang tidak terlalu muda dan belum terlalu tua dan kita sebut saja bapak. Kemudian bapak tersebut memanggil anak-anak untuk datang sambil mengeluarkan setumpuk kartu remi. Setelah anak-anak berkumpul, bapak tersebut berkata bisakah melihat apa yang bapak lakukan, dan anak-anak berkata bisa pak.
Kemudian bapak tersebut mengocok kartu remi, mengambil dan membuka satu lembar kartu dan diletakkan disebelah kiri dan yang lainnya dipegang ditangannya.
Jika satu lembar kartu tersebut menunjukkan angka 3, maka ia menambahkan dengan kartu yang dipegangnya satu per satu sampai menjadi 10 (angka 3 yang muncul dari satu lembar kartu + 7 kartu yang diturunkan dari kartu yang masih dipegang) dan meletakkannya disebelah kanan.
Ini dilakukan seperti di atas berulang sampai 3 buah kartu. Sehingga ada 3 lembar kartu yang terbuka disebelah kiri, ada setumpuk kartu disebelah kanan dan masih ada tersisa setumpuk kartu ditangan bapak tersebut.
Kenudian bapak itu berkata, nah kalian (anak-anak), jika kalian melakukan ini ditempat tersembunyi yang bapak tidak melihatnya, maka bapak akan dapat mengetahui jumlah 3 lembar kartu yang terbuka tersebut. Tapi kalian harus membawa sisa kartu yang kalian pegang kepada bapak, sebab kartu ini akan bapak gosokkan dengan batu cincin yang bapak pakai dan batu cincin itu akan mengatakan kepada bapak jumlah dari 3 lembar kartu yang terbuka tersebut.
Pada saat itu anak-anak tertawa, karena tidak percaya. Tapi kemudian anak-anak tersebut menjadi bimbang antara percaya dan tidak percaya karena bapak tersebut selalu dapat menebak dengan benar. Makin lama anak-anak tersebut menjadi sebahagian percaya dan malah setiap kali bapak tersebut menggosokkan sisa kartu tadi dengan batu cincinnya dan kemudian mengatakan jumlah angkanya, anak-anak yang percaya menempelkan telinganya kepada batu cincin si bapak dan mengiyakan bahwa batu tersebut sudah mengatakan jumlah angkanya. Sebahagian anak-anak mengatakan, bapak tersebut orang sakti.
Dan ini sudah dilakukan beberapa hari oleh bapak tersebut, jika bapak tersebut mampir dan melihat anak-anak. Tapi ada seorang anak, sebut saja namanya hikmat, dia tetap mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh bapak tersebut, bahwa batu cincinnya bisa berbicara adalah tahayul. Karena jika telinganya didekatkan dengan batu cincin si bapak, dia tidak mendengar suara apapun.
Lalu bagaimana si hikmat tersebut dapat mengatakan bahwa itu adalah tahayul, sedangkan teman-temannya mengatakan itu bukan tahayul dan mempercayainya.
Pada suatu hari dia membeli kartu remi, kemudian dia masuk kedalam kamarnya dan sendiri dia berada dalam kamar tersebut. Kemudian dia mencoba permainan yang diajarkan oleh bapak tersebut.
Dia mengocok kartu, mengambil dan membuka satu lembar kartu pertama dan meletakkan disebelah kiri dan angka yang muncul adalah 2, kemudian dia menurunkan 8 lembar kartu dari kartu yang dipegangnya dan meletakkannya disebelah kanan.
Dia mengambil dan membuka satu lembar kartu kedua dan meletakkan disebelah kiri dan angka yang muncul adalah 5, kemudian dia menurunkan 5 lembar kartu dari kartu yang dipegangnya dan meletakkannya disebelah kanan.
Dia mengambil dan membuka kartu terakhir yaitu satu lembar kartu ketiga dan meletakkan disebelah kiri dan angkanya adalah 7, kemudian dia menurunkan 3 lembar kartu dari kartu yang masih dipegangnya dan meletakkannya disebelah kanan.
Kemudian sisa kartu yang biasanya diberikan kepada bapak itu untuk digosokkan dengan batu cincinnya sehingga batu cincin itu dapat berbicara, dia hitung jumlahnya adalah 37. Kemudian dia catat dalam kertas: jumlah angka 14, sisa kartu 37.
Dia kumpulkan kembali kartunya dan dikocok lagi, kemudian dihitung lagi, kemudian mencatat hasilnya dan ini dia lakukan sampai lima kali.
Kemudian dia membaca hasilnya.
1. Jumlah angka 14, sisa kartu 37
2. Jumlah angka 12, sisa kartu 35
3. Jumlah angka 6, sisa kartu 29
4. Jumlah angka 3, sisa kartu 26
5. Jumlah angka 10, sisa kartu 33
Kemudian dia mencoba mencari selisihnya.
1. selisih 23
2. selisih 23
3. selisih 23
4. selisih 23
5. selisih 23
Dia penasaran dan mencobanya lagi, dan hasilnya sama yaitu selalu selisih 23.
Akhirnya dia berkesimpulan, bapak tersebut dapat menebak dengan tepat bukan dari batu cincinnya yang bisa bicara, tapi dari sisa kartu yang dipegang bapak tersebut dan dikurangi 23 akan menghasilkan jumlah angka dari 3 lembar kartu tersebut.
Total seluruh kartu adalah 56. Keesokan harinya dia menceritakan apa yang telah dia lakukan kepada teman-temannya, dan teman-temannya menjadi berbalik dan mengatakan bahwa bapak itu tahayul.
Disini dapat kita lihat bahwa si hikmat telah menggunakan
1. Iman (tidak percaya, batu bisa bicara),
2. Indera (dia tidak mendengar sepatah katapun dari batu tersebut) dan
3. Akalnya (selisih angka 23, sehingga kartu tersebut selalu dapat ditebak)
untuk dapat membuktikan bahwa apa yang dikatakan seorang bapak tersebut adalah tahayul.
Ternyata permainan ini dapat dilakukan dengan selisih yang berbeda, jika total seluruh kartu minimal 27 lembar kartu.
Pergunakanlah selalu, Indera, Akal dan Iman kita untuk dapat mengungkapkan kejadian-kejadian yang sering terjadi akhir-akhir ini.
0 komentar:
Posting Komentar